Obrolan daring malam itu bermula dari sesuatu yang tampak sederhana: silaturahmi. Namun seperti halnya obrolan khas warga Temanggung yang merantau, selalu ada benih kolaborasi yang menyertai. Mas Hari, putra asli Temanggung yang kini bermukim di Bekasi, memperkenalkan gagasan kerjasama logistik antara perusahaan kargonya, Nexlogistic, dengan komunitas diaspora Temanggung di berbagai kota.
Mas Hari memulai dengan menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh dinamika: dari berpindah-pindah pekerjaan, membangun usaha sendiri, hingga berinisiatif membuka perusahaan logistik berbasis jaringan luas dan teknologi. Cerita ini bukan hanya tentang usaha, tapi juga tentang semangat kembali memberi untuk kampung halaman.
Ide Sederhana, Dampak Luas
Gagasan yang ditawarkan Mas Hari cukup sederhana namun bernilai strategis: memberikan potongan harga (diskon) atau cashback dari setiap transaksi logistik bagi warga Temanggung yang menggunakan layanan Nexlogistic. Cashback tersebut bisa dikembalikan sebagai dana kas komunitas atau organisasi diaspora Temanggung.
Mekanismenya pun dirancang fleksibel: siapa pun anggota diaspora yang mengirim barang lewat Nextlogistic akan terdata, dan lima persen dari total ongkos kirim akan dikembalikan sebagai kontribusi bagi organisasi. Sebuah bentuk fundraising kolaboratif yang tidak membebani siapapun.
Gagasan ini disambut antusias oleh peserta diskusi malam itu, termasuk Mas Tis dan rekan-rekan lain yang aktif dalam organisasi perantau Temanggung. Bahkan ide ini berkembang ke arah peluang pemasangan branding produk UMKM Temanggung di kendaraan operasional Nexlogisti
Dari Sistem Digital Menuju Ekosistem Kolaborasi
Dalam diskusi, kami mencermati bahwa ekosistem digital yang sedang dibangun oleh komunitas diaspora Temanggung bisa dikawinkan dengan sistem operasional Nexlogistic. Website kadangtemanggungan.id misalnya, sudah memiliki fitur katalog produk anggota, kontak langsung via WhatsApp, hingga pendaftaran digital keanggotaan.
Artinya, pelaku usaha Temanggung bisa langsung mempromosikan produk dan jasa mereka, termasuk jasa pengiriman barang besar yang ditawarkan oleh Nexlogistic. Produk bisa dikirim dari dan ke berbagai kota dengan tarif yang lebih terjangkau, bahkan hingga ke pelosok Papua.
Ini bukan sekadar kerja sama jasa pengiriman. Ini adalah ekosistem yang menghubungkan produsen lokal, konsumen diaspora, dan jaringan distribusi nasional. Dengan keterlibatan organisasi diaspora sebagai pengelola database, transparansi dan akuntabilitas pun bisa dijaga.
Menakar Potensi dan Tantangan
Diskusi pun berkembang ke aspek teknis. Mas Hari menjelaskan bahwa layanan Nextlogistic menyasar pengiriman paket besar (minimal 20 kg), dengan tarif jauh lebih murah dibanding jasa pengiriman biasa. Bahkan tersedia juga layanan kontainer penuh dan pergudangan digital (Warehouse Management System).
Namun tentu saja, kerja sama ini membutuhkan kesiapan: sistem pencatatan, komunikasi dua arah antara diaspora dan pengelola jasa, serta strategi promosi internal. Mas Patris menekankan pentingnya menyiapkan format presentasi, mekanisme cashback, hingga contoh kasus agar bisa dipahami oleh anggota komunitas lain.
Potensi kolaborasi ini pun menyasar lebih luas: tidak hanya untuk diaspora, tapi juga untuk BUMDes yang membutuhkan distribusi produk pertanian, untuk petani yang ingin menyalurkan hasil panen ke luar daerah, hingga koperasi desa yang mulai merambah perdagangan daring.
Menyulam Solidaritas: Bisnis yang Menyatu dengan Komunitas
Sebagai penutup, saya mencatat satu hal penting dari pertemuan malam itu: bahwa ekonomi gotong royong bukanlah mimpi. Ia bisa dibangun dari obrolan kecil, dari perjumpaan virtual, dari niat baik untuk saling bantu.
Kerja sama seperti ini adalah contoh konkret bagaimana komunitas diaspora tidak hanya nostalgia dengan kampung halamannya, tetapi benar-benar membangun jaringan ekonomi bersama. Mereka bukan hanya pengirim uang dari jauh, tetapi bagian aktif dari pembangunan berbasis komunitas.
Nexlogistic hanyalah pintu masuk. Di baliknya ada potensi promosi produk, pertukaran data, distribusi yang lebih efisien, dan regenerasi pengusaha muda Temanggung. Jika semua elemen ini berjalan, maka kita sedang menyaksikan kelahiran model baru ekonomi kerakyatan digital yang menyatukan kampung dan rantau.